Hari itu..., Minggu 13 Oktober 2013, waktu di nokia 3315 putihku menunjukkan pukul 08.55 WIBB, sa'at kuterima sms dari nomor yang sangat kukenal, iya itu nomor adikku, dia menulis dalam sms nya "mas...lek Dollah ninggal dunyo", spontan kuucap "segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNYA"
Lama kutertegun dan kuulangi berkali2 membaca sms itu hingga angan dan ingatanku melayang ke beberapa minggu sebelum hari itu...
Berawal dari sebuah kebosanan dg rutinitasku, akhirnya kuputuskan untuk memacu si hitam menuju ke sebuah desa di kecamatan Tegaldlimo, desa Kedung Gebang, sebuah desa dimana aku pernah dilahirkan
Pagi menjelang siang teriknya mentari mulai membakar kulit, kuberhenti didepan sebuah rumah dimana nenekku pernah tinggal semasa hidupnya, dan kini rumah itu ditempati Sumiati adik dari ibuku dan Martono suaminya serta saudara dari nenekku Abdullah, dan kami para cucu nenek memanggilnya lek Dollah. Tidak seperti biasanya rumah ini tampak sepi, semua pintu tertutup dan hanya sebuah daun jendela disamping rumah saja yg dibiarkan terbuka, seolah2 para penghuninya sedang tdk berada dirumah. Dengan hati yang bimbang kucoba untuk berteriak seperti biasanya....
Aku : mbak sum...!!! Mbak sum...!!!
LD : nopo nggih?? Mbak sum e mboten enten.. (ternyata lek Dollah ada dirumah)
Aku : kulo nyuwun mangane, kulo luwe!! (seraya masuk rumah karena ternyata pintunya tdk dikunci)
LD : waduh dileboni wong gendeng maneh...(kudengar gerutunya dr dlm sebuah kamar)
Dan pada sa'at dia keluar kamar, aku tertawa lebar, lek Dollah hanya tersenyum sembari berkata "tak pikir wong gendeng mlebu omah maneh, tibak e wong edan", nggak ngerti kenapa "wong edan" sering kali disematkan kepadaku, sampai2 aku mempertanyakan kadar kewarasanku pd diriku sendiri...
Siang itu hanya ada kami berdua, karena bulek sum dan suaminya sedang ke Malang menjenguk kerabat yg sedang sakit. Banyak hal yg menjadi bahan pembicaraan kami berdua tentang hidup, penghidupan dan kehidupan, hingga ada sa'at dimana wejangannya sangat mengena direlungku, pesan yg bukan hanya sekedar kata2 tp juga realita yang ada didepan mataku, dia berujar dlm bhs jawa yg maksudnya begini "usiamu sdh berapa?? segeralah menikah... jangan sepertiku, menjalani hidup sendiri, dan disa'at sakit seperti sekarang ini aku juga merasakan sendiri, alangkah bahagianya kalo sa'at senja seperti aku ini dirawat oleh anak dan istri, kasihan bulekmu selalu kurepotkan, dia masih sempat merawatku disela kesibukannya", iya lek Dollah melajang sampai akhir hayatnya, seumur hidupnya dia hanya mencintai satu wanita yg tak pernah dimilikinya, bodoh memang... tp itulah kehidupan. Dan aku....., aku hanya bisa terdiam, petuahnya serasa JLEB banget, lain dari petuah2 bijak yg sering kudengar... Dan kata2 itu semakin terdengar jelas seiring kepergiannya...
Selamat jalan pak lek, aku akan mencontoh kesabaranmu, aku akan mencontoh kebijaksanaanmu, dan aku akan mencontoh ketekunanmu dlm beribadah, tp tidak dg kesendirianmu, aku tidak ingin berakhir sepertimu....
Semoga engkau mendapat tempat yg istimewa disisiNYA Aamiin YRA....
Based on true story