“Judi... meracuni
keimanan..”, sepenggal lirik lagu bang haji Rhoma Irama itu mengingatkan
kita, bahwasanya judi, ditinjau dari segi agama sudah dilarang, apalagi dilihat
dari sudut ekonomi, sudah pasti tidak ada untungnya. Akan tetapi mental bangsa
ini sudah terlanjur terbentuk menjadi mental penjudi, hal ini tidak bisa
dipisahkan dari jasa dan peran pemerintah ORBA, yang pada waktu itu melegalkan perjudian
dengan bungkus Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB). Seluruh rakyat Indonesia
di didik untuk menggemari Judi, sehari dalam seminggu, mereka berduyun2 ke
toko2 yang menjual kupon SDSB. Perilaku sosial mereka pun berubah, ada yang
datang kedukun2 untuk minta angka2, atau pergi ketempat2 keramat berharap dapat
wangsit angka2. Yang lebih lucu lagi suatu hari sa’at aku masih duduk dibangku
sekolah dasar, aku berangkat sekolah
kusaksikan orang2 dewasa bergerombol dibelakang orang gila yang sedang mencorat
coret dinding, layaknya guru yang sedang memberi pengajaran pada muridnya,
berharap dapat angka2 dari coretan dinding orang gila tersebut, dalam hati aku
mencibir “tingkah orang dewasa sudah sama dengan orang gila, masak iya rela
berlama2 nungguin orang sakit jiwa mencorat coret dinding”.
Era SDSB sudah berlalu, negara sudah melarang perjudian
sejenis SDSB, tapi apakah mental penjudi bangsa ini berubah? Oow... tak semudah
itu bangsa ini dapat berubah, bangsa ini adalah bangsa yang pantang menyerah,
bangsa yang kreatif, maka muncullah perjudian serupa yang mengikuti putaran
Singapura dan putaran Macau, tidak hanya sehari dalam seminggu, tapi LIMA hari
dalam SEMINGGU Coy..!!! Dahsyat kan??!!,perjudian sejenis dengan SDSB ini
disebut Toto Gelap atau yang
dimasyarakat lebih dikenal dengan sebutan TOGEL. Karena Ilegal perjudian
Togelpun dilakukan secara sembunyi2, seperti gerakan Underground...,
dipermukaan terlihat tenang2 saja, padahal sejatinya dibawah bergolak..., diwarung2,
dipangkalan2 becak dan ojek, dikantor2 pemerintah dan swasta, orang2 sibuk
meramu angka2 jitu, berharap angka yang ditembak keluar dan menghasilkan rupiah
yang melimpah.Dan hebatnya aku mulai terjangkiti virus togel ini, dan merubahku
yang gemar PS winning eleven menjadi orang yang suka mengutak atik angka,
bahkan sudah tidak canggung lagi berkomunikasi dengan orang2 yang dicap sakit
jiwa, seperti halnya perilaku yang pernah kucibirkan sa’at aku masih
kecil kepada orang2 dewasa yang yang sa’at itu suka memperhatikan gerak gerik
orang gila.
Alkisah berawal sa’at aku berkunjung kerumah seorang teman
dikawasan Tukang kayu Banyuwangi, rumah temanku ini, berdampingan dengan TPU,
tak sengaja kulihat ibu2 dengan pakaian compang camping membawa gembolan tak
jelas yang diletakkan diatas batu nisan, ibu2 duduk nyantai diatas kuburan yang
disemen sambil ngoceh meracau tak tentu..., lantas kudekati seraya bertanya to
the point,”bu... nomer e piro??”, ibu ini menatap ku tajam, sejurus kemudian dia
nembang jula juli bak ludruk Suroboyoan,”Perkutut
menclok neng kere, edan nang buntut kowe dadi kere...”, spontan kujawab,”ibu..aku
nggak njaluk nasehat, aku njaluk nomer”, sekali lagi ibu itu berjula juli
tentang perkutut..., akhirnya kutinggalkan ibu itu yang sudah mulai meracau
nggak jelas, kubuka kitab mimpi kucari apakah ada angka untuk perkutut, dan
ternyata...jedieeeeng!!! ada..!!! John..!!, dan tahukah anda berkat ibu tadi,
malam itu aku nyirik, aku dapat togel.
Kisah yang lain..., dipagi yang hangat, aku disibukkan
dengan pekerjaanku disebuah hotel dikawasan watudodol Banyuwangi, tiba2
telephone internal berdering, diujung telephone seorang wanita yang kukenal
suaranya memintaku untuk mengusir orang gila yang duduk2 tepat didepan pintu
masuk restaurant, dia memintaku karena sa’at itu satpam kami sedang sakit, dan
memang pagi itu tak ada seorang satpampun yang hadir. Akhirnya aku keluar dan
kulihat seorang lelaki yang tak begitu tua, mungkin usianya 3 – 5 tahun
diatasku, dengan pakaian lusuh, rambut gimbal ala bob marley, duduk tepat
dipintu masuk restaurant. Kudekati dia seraya berkata,”mas bro... njaluk tulung
ngalio”, dengan tegas dan sedikit membentak dia menjawab,”Emoh..!!! aku neng
kene ae, ndelok wajahmu apik...!!!”, Whaaatt..!!?? kaget juga sich dengan
pujian orang gila ini, lalu kuberkata,”oke mas bro aku ngerti aku ganteng, tapi
njaluk tulung sampean ngalio teko kene yo???”,... “emoh...wajahmu apik”
jawabnya, aku tak kehabisan akal, lantas kuambil sebatang rokok dan coba
bernegosiasi,”mas bro...sampean tak kek i rokok, tapi cangkruakane pindah yo?? Ojo
neng kene, wong2 wedi, pindah cangkrukan sing adoh yo??”, lelaki tersebut terdiam
yang kuartikan setuju, akhirnya kunyalakan rokok yang telah dimulutnya, dan dia
berlalu meninggalkanku, sesampai dikantorku kubertanya kepada teman2ku, “wong
sing paling ganteng sopo??”, ada yang menjawab Nabi Yusuf, lalu aku bilang,”dibuku
mimpi Nabi Yusuf tdk ada, tokoh pewayangan sing ganteng dewe sopo??”, lantas
terdengar jawaban dari salah satu temanku ARJUNA, kutembak nomer Arjuna, dan
lagi2 aku nyirik.
Dari pengalamanku “bersentuhan” dengan orang2 yang mendapat
stempel gila atau sakit jiwa ini, aku berasumsi bahwasanya orang2 gila tersebut
memiliki indera keenam, weruh sedurunge winarah, akhirnya setiap ada orang gila
yang kutemui kucoba untuk bertanya nomer togel, dan tak seorangpun dari mereka
yang dapat memberikan clue untukku dapat nyirik togel, gagal maning...gagal
maning son..!!!. Aku juga ahli memproyeksikan angka2 dari pengeluaran togel,
karena seringnya aku dapat togel 2 digit, 3 digit, dan hanya sekali dapat 4
Digit, sebagian teman2ku memanggilku “mbah”, yang artinya meskipun usiaku masih
muda belia, tapi aku “dituakan” dalam dunia pertogelan. Seiring dengan getolnya
aparat kepolisian memberangus judi togel dan sulitnya mendapatkan bandar,
akhirnya kuputuskan untuk berhenti dari dunia pertogelan.
Kini sudah 7 Tahun lebih semenjak kuputuskan untuk berhenti,
kuberbagi cerita ini, semoga judi tidak meracuni keimanan kita, dan karena cerita
ini kubuka dengan lirik lagu bang haji Rhoma Irama, maka akan kututup deng an
lirik lagu beliau juga.... ”Uang judi
Najis tiada berkah....”
Based on True Story