Musim liburan telah didepan mata, setelah Malang dengan MTD-nya ku obok-obok, kini kembali menyusun rencana dan siasat untuk tujuan kota berikutnya, mengiang iklan dari tipi “Jogja......Jogja……Jogja……Bali..Bali..Bali”
Ngemeng-ngemeng so’al liburan, suatu hari aku dapat kesempatan berlibur kekota Bandung, kota yang dikenal dengan kawasan Saritem-nya, itu tuh kawasan yang begitu (halah). Ini liburan paling indah bagiku, karena biaya akomodasi & transportasi termasuk konsumsi ditanggung oleh saudara yang punya hajat alias gratis..tis!!?. Karena ini kali pertama aku menginjakkan kaki dikota Bandung, setelah sampai dihotel tempat kami menginap, tanpa ada rasa lelah setelah perjalanan jauh, aku langsung cabut mengelilingi kota yang gadisnya terkenal cantik2 ini, dan hebatnya lagi, saudaraku sebut saja Irwan mengajakku berjalan kaki meski ada motor yang bisa kita kendarai, akhirnya kurang lebih pukul 16.00 waktu setempat, kami pun berjalan kaki melintasi jalan2 kota Bandung.
Sekitar pukul 20.00 waktu Bandung dan sekitarnya, kami tiba dikomplek kota tua, termasuk disitu ada gedung Merdeka yang dulu digunakan untuk Konferensi asia Afrika. Kunikmati kemegahan masa lalu bangsa ini, tak luput juga kunikmati kecantikan model2 dadakan yang berpose seksi bak artis papan catur, sedang diphoto oleh photografer2 semi profesional yang kalo ambil gambarnya mpek nungging2 kayak kambing mo beranak. Akupun ingin mengabadikan momenku di gedung bersejarah ini, sejurus kemudian kulihat tiang bendera berjajar-jajar banyak sekali, menyalalah dop 5 watt diatas kepalaku(dhieng!! Dapat ide) “wah iki, lek photo penekan neng sadeng ketok e sangar…”pikirku. Kupanjat salah satu tiang dan meminta Irwan untuk mengambil gambarku, akan tetapi terdengar teriakan dari pengeras suara “whooyy!!! Turuuun!!..”, sontak semua pengunjung yang duduk2 diteras gedung itu loncat semua, sedang aku tambah asyik berpose liar ala streaptease di tiang bendera, kemudian terdengar lagi teriakan dari pengeras suara “Whoy!! Yang berbaju coklat ditiang bendera turuuun!!!”, Ya ampun Gusti engkang murbeng dumadi, yang dimaksud itu aku, dengan diawasi ribuan pasang mata dan diringi cekikikan tawa pengunjung lain (lebay), aku mulai turun dari tiang, sambil memandangi gedung megah itu, ternyata tingkah laku ku diawasi oleh beberapa CCTV yang dipasang di gedung itu. Dengan kepercayaan diri tingkat tinggi, yang saya yakin manusia biasa belum tentu mampu melakukannya, kulambaikan tanganku kearah salah satu CCTV dan menyembah seolah2 mohon ma’ap, dan semua pengunjung tertawa lebar karena kulambaikan tanganku semua padanya (salah e sopo, enek wong diseneni security koq malah ditepuk tangani).
Akhirnya kutinggalkan Gedung Merdeka yang penuh sejarah itu diringi tawa lebar dan riuh tepuk tangan para fansku……
Based on true story, semoga bisa membuat anda tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar