Kamis, 14 November 2013

Panggilan Sayang



Bagi orang-orang yang lagi kasmaran atau bahkan yang sudah berkeluarga, panggilan sayang merupakan suatu “keharusan”, bisa jadi panggilan sayang merupakan bentuk perhatian kepada pasangan dan juga untuk menambah kedekatan emosional menjadi lebih intim.

Saya sendiri pernah mendapat panggilan sayang “yang”… romantic yess?? Ow tentu TIDAK, karena “yang” yang dimaksud bukan dari kata “sayang”, akan tetapi dari kata “wayang”, ini mengacu pada bentuk fisikku yang sexy mendekati tipis, setipis wayang… heuheu…

Beberapa waktu yang lalu saya sempat tergelitik oleh ulah dua siswa dan siswi sebuah SMAN. Ketika itu saya sedang menikmati makan siang disebuah warung “andalan”…  , kudengar seorang siswa disebelahku menelepon “Ma… lagi ndik mana? Tak tunggu di warung sebelah stasiun”, weiss!! Anak yang berbakti pada orang tua, jarang lho ada anak muda yang rela mengantar atau menunggu mamanya belanja ataupun keperluan lainnya… ya kan??, tapi dugaanku itu buyar, tatkala  seorang siswi masuk kedalam warung seraya berkata “nunggu lama ya pah?? sorry soalnya mamah mampir bentar ke kost-annya si Fulan”… nah!!!!! Lhoooooo!!!!... kontan saya langsung tersedak, menahan tawa disa’at mengunyah makanan, jujur geli rasanya mendengar panggilan papah mamah disa’at masih pacaran, SMA pula, tapi bagaimana pun itu realita yang ada sekarang.

Yang saya nggak ngerti, kenapa orang-orang yang masih pacaran sekarang ini lebih memilih panggilan sayang “mamah-papah”, “mami-papi”, “mimi-pipi”, “ayah-bunda”, kenapa nggak sekalian “kakek-nenek”…, padahal kalo mereka mau kreatif, masih banyak panggilan sayang yang unik, spt: “mate” (soulmate),  atau misal panggilan sayang mengacu pada fisik, spt: mbem (tembem), tet (kontet), sek (pesek), atau panggilan2 sayang yang lain yang maknanya hanya diketahui oleh pasangan tsb, jadi andai ditempat umum, orang lain yang mendengarkanpun nggak merasa risih atau bahkan geli.

Jadi bagi kalian yang masih berpacaran, sekali lagi BERPACARAN, kalo yang sudah berumah tangga mah bebas, boleh punya panggilan sayang… tapi kalo bisa jangan dulu menggunakan mamah-papah… emangya memamah biak?? Papahe gedang?? Kreatiflah… temukan panggilan sayangmu seunik mungkin, seaneh mungkin, supaya… opo yo?? Yo… supaya aneh dan unik ae…. Hehehehe… 
Itu semua hanya saran, kalo bagus ya dipakai, kalo nggak bagus ya tetep dipakai, tapi diperbaiki dulu, dari pada dibuang ntar bikin baru lagi, tambah repot.


Based on true story, semoga bisa tersenyum

Senin, 14 Oktober 2013

Kenangan Terakhir

Hari itu..., Minggu 13 Oktober 2013, waktu di nokia 3315 putihku menunjukkan pukul 08.55 WIBB, sa'at kuterima sms dari nomor yang sangat kukenal, iya itu nomor adikku, dia menulis dalam sms nya "mas...lek Dollah ninggal dunyo", spontan kuucap "segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNYA"
Lama kutertegun dan kuulangi berkali2 membaca sms itu hingga angan dan ingatanku melayang ke beberapa minggu sebelum hari itu...

Berawal dari sebuah kebosanan dg rutinitasku, akhirnya kuputuskan untuk memacu si hitam menuju ke sebuah desa di kecamatan Tegaldlimo, desa Kedung Gebang, sebuah desa dimana aku pernah dilahirkan
Pagi menjelang siang teriknya mentari mulai membakar kulit, kuberhenti didepan sebuah rumah dimana nenekku pernah tinggal semasa hidupnya, dan kini rumah itu ditempati Sumiati adik dari ibuku dan Martono suaminya serta saudara dari nenekku Abdullah, dan kami para cucu nenek memanggilnya lek Dollah. Tidak seperti biasanya rumah ini tampak sepi, semua pintu tertutup dan hanya sebuah daun jendela disamping rumah saja yg dibiarkan terbuka, seolah2 para penghuninya sedang tdk berada dirumah. Dengan hati yang bimbang kucoba untuk berteriak seperti biasanya....

Aku : mbak sum...!!! Mbak sum...!!!
LD : nopo nggih?? Mbak sum e mboten enten.. (ternyata lek Dollah ada dirumah)
Aku : kulo nyuwun mangane, kulo luwe!! (seraya masuk rumah karena ternyata pintunya tdk dikunci)
LD : waduh dileboni wong gendeng maneh...(kudengar gerutunya dr dlm sebuah kamar)

Dan pada sa'at dia keluar kamar, aku tertawa lebar, lek Dollah hanya tersenyum sembari berkata "tak pikir wong gendeng mlebu omah maneh, tibak e wong edan", nggak ngerti kenapa "wong edan" sering kali disematkan kepadaku, sampai2 aku mempertanyakan kadar kewarasanku pd diriku sendiri...

Siang itu hanya ada kami berdua, karena bulek sum dan suaminya sedang ke Malang menjenguk kerabat yg sedang sakit. Banyak hal yg menjadi bahan pembicaraan kami berdua tentang hidup, penghidupan dan kehidupan, hingga ada sa'at dimana wejangannya sangat mengena direlungku, pesan yg bukan hanya sekedar kata2 tp juga realita yang ada didepan mataku, dia berujar dlm bhs jawa yg maksudnya begini "usiamu sdh berapa?? segeralah menikah... jangan sepertiku, menjalani hidup sendiri, dan disa'at sakit seperti sekarang ini aku juga merasakan sendiri, alangkah bahagianya kalo sa'at senja seperti aku ini dirawat oleh anak dan istri, kasihan bulekmu selalu kurepotkan, dia masih sempat merawatku disela kesibukannya", iya lek Dollah melajang sampai akhir hayatnya, seumur hidupnya dia hanya mencintai satu wanita yg tak pernah dimilikinya, bodoh memang... tp itulah kehidupan. Dan aku....., aku hanya bisa terdiam, petuahnya serasa JLEB banget, lain dari petuah2 bijak yg sering kudengar... Dan kata2 itu semakin terdengar jelas seiring kepergiannya...

Selamat jalan pak lek, aku akan mencontoh kesabaranmu, aku akan mencontoh kebijaksanaanmu, dan aku akan mencontoh ketekunanmu dlm beribadah, tp tidak dg kesendirianmu, aku tidak ingin berakhir sepertimu....
Semoga engkau mendapat tempat yg istimewa disisiNYA Aamiin YRA....

Based on true story






Senin, 22 April 2013

TANPA JUDUL WAJIB DIBACA



Orang bijak sering berujar bahwasanya orang yang survive dalam hidup adalah orang-orang yang mampu mentertawakan kesusahannya, lalu muncullah beberapa pertanyaan…

 - Apakah mentertawakan kesusahan dalam arti yang sebenarnya??
 - Dengan kita tertawa apakah kesusahan akan selesai??
             - Apakah yang selesai hanya diluarnya saja?? Sedang dalamnya bagaimana??

Disini saya tidak akan membahas ataupun menjawab pertanyaan tsb, tapi saya akan mencoba mengilustrasikan dalam sebuah cerita…

Beberapa hari yang lalu seorang sahabat menyampaikan curahan jahatnya kepadaku, bahwasanya hatinya sedang gundah gulali, dia ingin segera mengakhiri masa lajangnya, dia sudah membicarakan berbagai hal tentang pernikahan dengan kekasih yang dicintainya, mulai dari A – Z nya tentang pernikahan dibahas tuntas tak bersisa, hingga dia tersadar, bahwasanya menikah tak semurah yang dia kira, hari-hari dia berpikir tentang pernikahan, tentang masa depan yang akan dia ukir dengan kekasihnya..

Hingga suatu hari selepas maghrib dia berkunjung kerumah temannya, dia disambut dengan hangat dirumah temannya, rumah yang mungil namun asri dan penuh keceriaan, dia melihat temannya begitu bahagia, sore hari dirumah ditemani istri dan seorang putri kecil yang lagi unyu-unyunya…, didalam hati sahabatku berkata “kapan ya… aku bisa seperti itu”… hatinya menjerit, keinginan untuk menikah semakin menjadi-jadi, hingga akhirnya dia berpamitan pulang…

Dengan mengendarai motor dalam perjalanan pulang, dia selalu berpikir “alangkah bahagianya aku jika aku bisa seperti temanku tadi…, berumah tangga, berbagi keceriaan dengan keluarga..”, sedang asyik-asyiknya berpikir dan membayangkan masa depannya, tiba-tiba dia memelankan laju motornya, dilihatnya dipinggir jalan ada satu rumah yang punya hajat, pas mempertemukan pengantin dipelaminan dengan iringan musik yang khas neng nong neng gung…., “ya…Tuhan…” hatinya semakin menjerit, keinginan menikah jadi tak terbendung lagi, dengan keinginan yang besar didada serta diselimuti rasa emosi, dia memacu motornya dengan kencang…dan semakin kencang…

Dilihatnya serombongan truck didepannya, karena tak bisa mendahului truck , dia memelankan motornya dan mengekor di belakang truck tersebut, lama dia mengekor…memacu pelan-pelan motornya hingga matanya tertuju pada sebuah tulisan di bak truck tersebut “ATI KAREP BONDO CUPET”, entah mengapa tiba-tiba saja dia tersenyum dan kemudian tertawa lebar…

Baginya Tuhan tidak hanya Maha Pengasih dan Maha Penyayang tetapi juga suka bercanda, Memang kalau kita terlalu serius dalam hidup Tuhan akan memberikan sesuatu yang lucu…

Based on true story, semoga bisa membuat anda tersenyum dan bisa mengambil hikmahnya


“Jalani hidup dengan Having serious fun or having Fun seriously” – Mario Teguh

Kamis, 07 Maret 2013

Satu jam di elpe



Sudah lama nggak posting sesuatu di sini, harap maklum uteknya buntu lagi , lagi nggak ada ide , lagi nggak nemu inspirasi,  buntu koq terus2an yess??? Hehehe….

Ada cerita nih pren…

Tadi siang aku habis membesuk seorang teman yang lagi menginap di hotel prodeo, ada beberapa fakta yang menggelitik otakku sa’at aku masuk kedalam LP dan berbincang dengan temanku tsb, salah satunya adalah, kita akan sulit membedakan seorang ahli hukum dgn seorang napi, mereka sama2 hafal pasal2 pren!!!, seorang teman ini bercerita tentang dirinya, dia tertangkap karena kena pasal (sekian), pasal (sekian) tentang perjudian  , pasal (sekian) tentang pencurian disiang hari, pasal (sekian) tentang penganiayaan dengan menggunakan alat, pasal pasal dan pasal, semuanya tentang angka-angka, tapi sengaja kusamarkan dengan (sekian) bukannya aku nggak hafal pren, takutnya ntar dikira angka ikut, kode buntut, kode alam, bisa2 ntar ane kena pasal (sekian) tentang perjudian hehehe…

Ada juga beberapa kasus napi lain yang unik, gara2 pisang goreng bisa masuk bui, ceritanya si napi ini makan pisang goreng diwarung, dipiring ada 5 pisang goreng disikat habis, waktu bayar Cuma ngaku makan 4 pisang goreng….., nah loooh kena 2 bulan dah, si napi ini terkenal dengan tragedi pisang gorengnya…

Kemudian disebelahku duduk, ada seorang pemuda yang juga mengenakan seragam napi, dia sedang 
bercengkrama dgn keluarga yang membesuknya, lantas kutanyakan pada temanku:

A : yang ini kena kasus apa brow??
T : oh… ini agak lama dia kena pasal (sekian) tentang pencurian
A : nyolong apaan sih dia koq lama??
T : nyolong tampar/tambang, padahal hanya 5 meter
A : masa’ nyolong tampar 5 meter aja lama brow?
T : iya tamparnya 5 meter tapi sapinya ngikut….

Semoga teman yang lagi diuji ini diberi kesadaran atas kesalahannya, dianugrahi kesabaran dalam menjalani cobaan, dilancarkan segala urusannya, dan semoga bisa segera berkumpul kembali bersama keluarganya… Amien